Sunday, September 2, 2012

Home » » MEMBAJAK SAWAH : DUSUN KADILOBO-GANDOK : DESA WISATA DIKAWASAN PASAR PERJUANGAN SROWOLAN

MEMBAJAK SAWAH : DUSUN KADILOBO-GANDOK : DESA WISATA DIKAWASAN PASAR PERJUANGAN SROWOLAN

Dalam rangkaian Wikimu Wisata Mudik 9 Kota (13-16 Mei), rombongan ‘mendarat ‘ di desa wisata Gandok Kadilobo, Sleman (14-15 Mei), kami mendapat kesempatan belajar menjadi petani di sawah. Memang tidak semua proses bertanam di sawah kami alami, hanya saat membajak dan menanam padi.
Kami dibawa oleh Silih dan Candra, pemandu lokal dari dusun ini, ke areal persawahan. Satu petak lahan tampak sejak dibajak dan petak di sebelahnya sedang ditanami. Sebelum turun ke sawah, Mas Silih menjelaskan dahulu prosesnya . “Sawah yang hendak ditanami, biasanya dibajak dulu. Ada 2 proses, pertama ngluku dulu, setelah itu digaru,”kata Silih kepada rombongan Wikimu, yang nampak sebagian peserta memperhatikan tapi tidak menyimak...he..he...  
Ngluku dan Garu adalah kata dari bahasa Jawa, yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, sama-sama berarti membajak. Tetapi bentuk kegiatannya berbeda. Ngluku, adalah aktivitas membalikkan tanah, agar lapisan tanah yang di bawah berganti di atas. Dan rumput atau batang padi yang tersisa (dari panen), agar tertimbun di bawah, sehingga bisa menjadi pupuk alami. Caranya dengan bantuan sapi atau kerbau. Binatang ini menarik alat ngluku yang mirip dengan ujung cangkul tetapi agar miring, sehingga tanah yang dilewati akan membalik secara otomatis.
Kita yang ngluku, cukup menekan alat ini agar terbenam ke dalam tanah. Selanjutnya serahkan pada sapi atau kerbau yang akan menariknya. Tetapi tidak mudah lho menekan alat ini, karena cukup berat dan mesti mengikuti irama gerak si sapi. Kalau tidak, bisa terjatuh-jatuh, seperti yang aku alami.

Lalu setelah tanah sawah itu selesai dibolak-balik, maka saatnya diratakan, namanya kegiatan garu. Garu ini lebih mudah daripada ngluku. Karena cukup duduk di atas bambu yang ditarik oleh sapi/kerbau. Beban tubuh kita yang membuat garu (seperti bilah papan) tertekan ke bawah dan sekaligus meratakan tanah yang sudah dibolak-balik tadi. Enak juga duduk di atas bambu…kalau cuma sebentar. Tapi lama-kelamaan capek juga…
Setelah tanah rata, langkah selanjutnya adalah menanam padi. Melihat ibu-ibu yang menanam kayaknya mudah dan asyik-asyik aja. Teorinya menanam padi dengan jalan mundur dan memberi jarak antar padi sekitar 20 cm. Memang mudah sih nanamnya, tinggal celup-celup aja ke dalam lumpur. Tetapi ketika kami selesai menanam, ternyata miring dan tidak teratur. Tidak serapi ibu-ibu itu. Ada yang menanam satu baris saja sudah kecapekan, karena mesti membungkuk dan menahan terik matahari. Padahal ibu-ibu itu menanam sampai siang hari dan di lahan yang cukup luas.

Setelah padi-padi itu selesai ditanam, maka tahap selanjutnya adalah perawatan sampai masa panen. Tentu perawatan juga tidak sederhana, mesti dipupuk, diberi pestisida agar tidak kena hama, mengusir burung, mengaliri air dengan cukup, dstnya, demikian penjelasan Candra, yang merangkap marketing dari wisata desa ini.
Kami, rombongan Wikimu, tidak melanjutkan kegiatan ini, karena perawatan sampai panen membutuhkan waktu 3-4 bulan. Tetapi paling tidak pelajaran hari itu, ternyata menanam padi , khususnya membajak itu tidak mudah. Tidak semudah membeli beras sekilo di warung atau minimarket. Butuh kesungguhan dan kecintaan untuk merawat padi menjadi beras…
Share this games :

0 comments:

Post a Comment